Sebab faktanya politik adu domba masih digunakan olehkelompok tertentu. Kembali ke sejarah, jauh sebelum Indonesia merdeka. Negara Indonesia adalah negera heterogen dengan bermacam adat budaya, agama, suku dan ras. Inilah yang memudahkan Belanda melakukan politik adu domba atau devide et impera.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID neFm6riw48O0-S1sQC2o5xLO8pvTIgXtJ-4IddH_iwB-djjFdefrdg==
KelicikanBelanda Hancurkan Indonesia Lewat Politik Adu Domba. Sabtu 02 Apr 2016 07:00 WIB. Red: Karta Raharja Ucu. 0. Ilustrasi tentara Belanda pada 1942. Foto: hellfire-pass.commemoration.gov.au. REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Alwi Shahab. Sekalipun pemerintah kolonial bersikap sangat keras terhadap Pan Islam (gerakan yang mempersatukan segenap umat
Arti Politik Adu Domba Devide Et Impera HITAM PUTIH – Apa yang dimaksud dengan politik pecah belah yang diterapkan oleh Belanda? Divide et impera merupakan kombinasi strategi orang belanda dalam hal politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Secara harfiah, devide et impera dapat diartikan sebagai “pecah dan berkuasa”. Strategi ini dipopulerkan oleh Julius Cesar dalam upayanya membangun kekaisaran Romawi. Caranya adalah dengan menimbulkan perpecahan di suatu wilayah sehingga mudah untuk dikuasai. Dalam konteks lain, devide et impera juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Seiring waktu, devide et impera juga dikenal sebagai politik pecah belah atau politik adu domba. Politik devide et impera di Indonesia Devide et impera perama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Belanda melalui VOC Vereenigde Oostindische Compagnie. Selain monopoli, salah satu siasat yang digunakan oleh VOC untuk menguasai nusantara adalah devide et impera. Politik adu domba bahkan dijadikan kebiasaan oleh VOC dalam hal politik, militer, dan ekonomi untuk melestarikan penjajahannya di Indonesia. Orientasinya adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menaklukkan raja-raja di nusantara. Strategi Belanda yang paling ampuh menghadapi perlawanan dari penguasa lokal adalah dengan meakukan politik adu domba. VOC pun mampu menaklukkan kerajaan-kerajaan besar di nusantara dengan memanfaatkan perang saudara ataupun permusuhan antarkerajaan. Berikut beberapa contoh keberhasilan VOC dalam melaksanakan devide et impera di nusantara 1. Perang Makassar Dalam perang ini, VOC berhasil menaklukkan Kesultanan Gowa dan Kota Makassar pada 1669 karena dibantu oleh Raja Bone dan Arung Palakka yang tengah berseteru dengan Sultan Hasanudin. 2. Konflik Kerajaan Mataram Konflik ini membuat posisi VOC sangat diuntungkan, sedangkan posisi Kerajaan Mataram semakin melemah karena terbagi menjadi empat kerajaan. Selain itu, Belanda juga berupaya melakukan siasat devide et impera pada Perang Saparua, Perang Padri, Perang Diponegoro atau Perang Jawa, Perang Aceh, Perang Banjar, dan Perang Jagaraga. Penggunaan politik adu domba sukses membuat bangsa Indonesia berkonflik dan berebutt kekuasaan. Efektivitas devide et impera pun mendapat perhatian khusus oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Strategi Belanda di Nusantara Berikut strategi yang dilakukan Belanda saat menerapkan politik devide et impera Make friends and create common enemy Pada langkah ini, Belanda akan berusaha menjadi teman dan menciptakan musuh bersama. Apabila sudah berteman, maka negosiasi dan diplomasi akan berjalan lebih mudah. Sementara common enemy yang dimaksud adalah pihak lain yang menjadi saingan bisnis VOC. Manajemen isu Pola ini dilakukan dengan menebar selentingan kabar dan desas-desus, baik di lingkungan politik maupun sosial. Bentuk lain dari manajemen isu adalah propaganda. Bermain di dua sisi Belanda biasanya akan berpihak pada dua kubu yang saling bertentangan seolah berada posisi netral. Merekrut pemimpin lokal Belanda biasanya akan merekrut pemimpin lokal sebagai bagian dari rantai manajemen terbawah. Trik ini dilakukan dengan memberi pengakuan yang mengatasnamakan kerajaan Belanda terhadap entitas politik di suatu daerah. Seperti yang terjadi pada Perang Diponegoro dan Kesultanan Melayu. Mengatur terjadinya perang saudar Cara ini dilakukan dengan menggunakan pribumi sebagai kekuatan militan untuk melawan bangsanya sendiri. Pola ini terlihat di Sumatera Barat pada 1821-1837, saat Belanda berhasil memprovokasi Kaum Adat untuk berperang melawan Kaum Paderi. Devide et impera pasca proklamasi kemerdekaan RI Pasca proklamasi kemerdekaan, Belanda kembali mencoba menerapkan politik devide et impera untuk memecah belah persatuan Indonesia. Upayanya pun berhasil memecah Indonesia menjadi negara-negara bagian, yaitu Negara Indonesia Timur sekarang Papua, Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan, dan Negara Jawa Timur.
Belandamenggunakan sistem devide et impera sejak awal memasuki Nusantara. Politik adu domba pada abad - 17 sangat digemari VOC untuk menguasai suatu daerah, dengan cara inilah Belanda yang bahkan jumlahnya jauh lebih sedikit dari pribumi bisa menguasai wilayah nusantara. Secara antropologi, negara Indonesia adalah negara heterogen dengan
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID ehVgKDiHMylW0vKquoQvMiB4sZx3n95jMo7ZjLlMIhbU-c_r2jcByg==
Politikdevide et impera atau politik adu domba adalah strategi yang digunakan Belanda untuk melemahkan kekuasaan-kekuasaan kerajaan di Indonesia agar mendapatkan keuntungan yang besar.Salah satu kerajaan yang diadudomba oleh VOC adalah kerajaan Banten. Strategi yang dilakukan VOC untuk menaklukan Banten adalah devide et impera (politik adu domba).
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hubungan Sunda dan Jawa sebelumnya berlangsung dengan harmonis, bukti keharmonisan hubungan tersebut ialah dengan adanya naskah-naskah kuno diantaranya 1. Kitab Calon Arang, menceritakan hubungan niaga beberapa daerah di Nusantara salah satunya hubungan niaga antara kerajaan Sunda dengan Jawa timur kerajaan Daha atau kerajaan Kediri yang berlangsung dengan baik. 2. Kitab Tanti Panggelaran, kitab yang ditulis dengan bahasa Jawa tengahan yaitu bahasa Jawa yang mengalami transisi dari bahasa Jawa kuno ke bahasa Jawa modern. Kitab ini menceritakan kondisi pulau Jawa dari zaman purba, salah satu bahasan dalam kitab ini mengenai wilayah kerajaan yang berkembang di Jawa barat, gunung-gunung yang di anggap suci di Jawa barat, juga membicarakan budaya Jawa kuno dan Sunda Sejarah Mengenai Perang BubatLatar belakang dari perang Bubat ini menurut kidung Sunda merupakan konflik antara kepentingan Hayam Wuruk yang merupakan salah satu raja di kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada yang merupakan Patih atau penasihat di kerajaan Majapahit. Hayam Wuruk yang tak kunjung menikah pada saat itu mengadakan sayembara dengan mengirimkan utusan ke berbagai kerajaan ke segala penjuru Nusantara. Para utusan tersebut membawa lukisan-lukisan putri raja dari kerajaan yang di datanginya namun tidak ada yang mampu menarik perhatian Hayam Wuruk. Tak lama kemudian Hayam Wuruk mendapat kabar bahwa putri di kerajaan Sunda memiliki paras yang cantik maka Hayam Wuruk mengirim seorang juru lukis ke kerajaan Sunda. Setelah melihat lukisan tersebut Hayam Wuruk tertarik dan ingin menikah dengan putri kerajaan Sunda yang bernama Dyah Pitaloka Raja kerajaan Sunda sangat senang dan setuju dengan pernikahan yang akan berlangsung. Maka datanglah rombongan kerajaan Sunda dengan jumlah sekitar 2000 kapal termasuk kapal-kapal kondisi di Majapahit sedang sibuk mempersiapkan berbagai persiapan untuk menyambut kedatangan calon permaisuri Hayam Wuruk dan rombongannya. 10 hari kemudian sampailah rombongan dari kerajaan Sunda di desa Bubat. Hayam Wuruk beserta kedua pamannya yang merestui hubungan tersebut yaitu raja Kahuripan dan raja Daha bersiap untuk menyambut kedatangan mereka namun hal tersebut di cegah oleh Gajahmada dengan alasan "tidak seyogyanya seorang Maharaja Majapahit menyongsong seorang raja yang berstatus sebagai raja Vasal seperti raja Sunda, ditakutkan ada seorang musuh yang sedang menyamar" karena ucapan Gajahmada tersebut Hayam Wuruk beserta kedua pamannya Menurut dan menunggu di Sunda yang menunggu terlalu lama mengirim utusan ke rumah Patih gajah Mada dan mengancam bahwa rombongan mereka akan bertolak pulang dan mengira bahwa Hayam Wuruk ingkar janji. Namun yang terjadi di sana ternyata pertengkaran karna gajah Mada ingin orang-orang Sunda bersikap selayaknya vasal-vasal Majapahit yang menurut di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit. Hal tersebut di tolak oleh raja kerajaan Sunda yang lebih memilih gugur sebagai seorang ksatria demi membela kehormatan diri dan kerajaan dari pada hidup tetapi dihina oleh orang Majapahit. Maka perang pun tak peperangan tersebut Raja Sunda dan pasukannya tewas terbunuh, adapun istri dan anaknya yaitu Dyah Pitaloka memilih untuk bunuh diri. Hayam Wuruk terpukul atas kejadian tersebut dan meratapinya. Setelah itu Hayam Wuruk menyelenggarakan upacara untuk menyembah yang kan dan mendoakan para prosesi mendoakan arwah selesai, maka kedua pamannya beserta Hayam Wuruk menyalahkan gajah Mada atas terjadinya pristiwa ini. Hayam Wuruk berniat menghukum mati Gajahmada. Maka datanglah kedua paman Hayam Wuruk ke rumah Gajahmada. Namun gajah Mada dengan menggunakan segala perlengkapan nya melakukan yoga samadi dan setelah itu ia moksa menuju Wuruk yang merasa bersalah kepada kerajaan Sunda meminta maaf dan manifestasi permintaan maaf tersebut berupa naskah kidung Sunda. Sejarah kelam diatas menjadi latar belakang kebencian antara Sunda dan Jawa. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Seiringdengan waktu, metode penaklukan mereka mengalami perkembangan, sehingga devide et impera tidak lagi sekadar sebagai strategi perang namun lebih menjadi strategi politik.o Unsur-unsur yang
. 417 65 67 489 220 460 129 123
belanda pernah melakukan politik adu domba di nusantara yaitu antara