Daftar Isi1 Pengertian Candi Prambanan2 Sejarah Candi Prambanan 3 Kompleks Candi Prambanan4 Asal Usul Candi Prambanan5 Mitos Candi Pembangunan Candi Misteri Cahaya Misterius Arca Dewi Mitos Putusnya Hubungan Kekasih6 Keunikan Candi Prambanan Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa Penglebur. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha bahasa Sanskerta yang bermakna Rumah Siwa’, dan memang di garbagriha ruang utama candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan. Candi ini terletak di desa Prambanan, pulau Jawa, kurang lebih 20 kilometer timur Yogyakarta, 40 kilometer barat Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta .Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia. Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, di masa kerajaan Medang Mataram. Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para Brahman yang bermakna “Brahman Agung” yaitu Brahman atau realitas abadi tertinggi dan teragung yang tak dapat digambarkan, yang kerap disamakan dengan konsepTuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain menganggap Para Brahman mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama “Prambanan” berasal dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau memikul tugas, merujuk kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata dan menjalankan keselarasan jagat. Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa Sansekerta; Siwagrha Rumah Siwa atau Siwalaya Alam Siwa, berdasarkanPrasasti Siwagrha yang bertarikh 778 Saka 856 Masehi. Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini dengan tiga candi utamanya memuliakan Brahma, Siwa, dan Wisnu. Akan tetapi Siwa Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang paling dimuliakan dalam kompleks candi ini. Sejarah Candi Prambanan Pada jaman dahulu alkisah terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama kerajaan Prambanan. Rakyat di kerajaan tersebut hidup dengan tentram dan damai hingga suatu hari kerajaan Prambanan tersebut diserang serta dijajah oleh negeri Pengging. Tentara kerajaan Prambanan merasa kewalahan menghadapi serangan dari tentara negeri pengging sampai akhirnya kerajaan Prambanan kalah dan kerajaan Prambanan dikuasai oleh negeri Pengging. Tampuk kepemimpinan pun akhirnya dipegang oleh Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso adalah seorang pemimpin jahat serta kejam. Siapapun yang tidak menuruti perintahnya akan dihukum mati. Gaya memerintah yang semena – mena inilah yang tidak disukai oleh rakyat Prambanan. Selain terkenal semena – mena dan kejam, Bandung Bondowoso juga terkenal memiliki kekuatan sakti serta memiliki pasukan jin dalam jumlah yang banyak. Hingga suatu hari Bandung Bondowoso mengamati gerak – gerik Putri Roro Jonggrang, puti raja Prambanan, yang cantik jelita. Sampai akhirnya Bandung Bondowoso meminang Roro Jonggrang untuk dijadikan istrinya. Dengan terkejut Roro Jonggrang pun berfikir keras tentang cara apa yang harus dia tempuh. Karena bila Roro Jonggrang menolak pinangan Bandung Bondowoso, pasti Bandung Bondowoso akan murka dan marah sehingga keselamatan masyarakat Prambanan akan terancam. Oleh karena itu akhirnya Roro Jonggrang menerima pinangan Bandung Bondowoso namun Roro Jonggrang mengajukan sebuah syarat Bandung Bondowoso harus membangun 1000 buah candi dalam waktu semalam. Mendengar syarat yang diajukan oleh Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso merasa sangat marah. Namun oleh para penasehatnya akhirnya Bandung Bondowoso diberi sejumlah alasan bahwa Bandung Bondowoso pasti mampu membangun 1000 buah candi dalam waktu semalam dengan bantuan pasukan jin. Kemudian Bandung Bondowoso melakukan ritual untuk memanggil pasukan jinnya dan kemudian proses pembangunan 1000 buah candi pun dimulai. Dari kejauhan Roro Jonggrang menatap kesibukan para jin dalam membangun candi, dengan kekuatan jin proses membangunn 1000 buah candi pun berjalan dengan sangat cepat. Melihat bahwa pembangunan candi tersebut hampir selesai, Roro Jonggrang kemudian memanggil para dayang – dayang. Sebagian para dayang diberi tugas untuk membakar jerami kering dan sebagiannya lagi diberi tugas untuk memukul alu. Sehingga tampak semburat cahaya merah dari hasil bakaran jerami kering serta terdengar suara riuh dari alu. Tidak lama kemudian ayam jago pun berkokok karena mengira hari telah pagi. Para jin pun berlarian saat mendengar ayam jago berkokok karena mereka akan terbakar bila matahri muncul. Bandung Bondowoso pun tidak bisa berbuat banyak melihat pasukan jin-nya lari tunggang langgang. Keesokan harinya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang untuk menghitung jumlah candi yang dibangunnya semalam. Dengan seksama Roro Jonggrang menghitung jumlah candi dan ternyata hanya terdapat 999 candi. Merasa tidak percaya, akhirnya Bandung Bondowoso menghitung sendiri dan ternayata memang hanya terdapat 999 candi. Bandung Bondowoso merasa sangat marah apalagi setelah diberitahu salah satu penasehatnya bahwa Roro Jonggrang lah yang membuat para jin lari. Akhirnya bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi untuk melengkapi jumlah candi menjadi 1000 buah candi Kompleks Candi Prambanan Model arsitektur rekonstruksi kompleks candi Prambanan, aslinya terdapat 240 candi berdiri di kompleks ini. Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru mata angin, akan tetapi arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka pintu masuk utama candi ini adalah gerbang timur. Kompleks candi Prambanan terdiri dari 3 Candi Trimurti candi Siwa, Wisnu, dan Brahma 3 Candi Wahana candi Nandi, Garuda, dan Angsa 2 Candi Apit terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi Wahana di sisi utara dan selatan 4 Candi Kelir terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu masuk halaman dalam atau zona inti 4 Candi Patok terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti 224 Candi Perwara tersusun dalam 4 barisan konsentris dengan jumlah candi dari barisan terdalam hingga terluar 44, 52, 60, dan 68 Maka terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan. Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan. Tetapi kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2 candi perwara. Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi perwara hanya 2 yang sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan. Kompleks candi Prambanan terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua adalah zona tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona dalam yang merupakan zona tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil kecil. Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah berdasarkan lahan bujur sangkar yan terdiri atas tiga bagian atau zona, masing-masing halaman zona ini dibatasi tembok batu andesit. Zona terluar ditandai dengan pagar bujur sangkar yang masing-masing sisinya sepanjang 390 meter, dengan orientasi Timur Laut – Barat Daya. Kecuali gerbang selatan yang masih tersisa, bagian gerbang lain dan dinding candi ini sudah banyak yang hilang. Asal Usul Candi Prambanan Alkisah, pada dahulu kala ada sebuah kerajaan besar yang dikenal dengan nama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteram dan damai. Namun, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terganggu. Para tentara tidak dapat menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, serta dipimpin oleh Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso seorang yang senang memerintah dengan kejam. Siapapun yang tak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!, kata Bandung Bondowoso pada rakyatnya. Bandung Bondowoso merupakan seorang yang sakti dan memiliki pasukan jin. Tak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Roro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik nian putri itu Aku ingin dia menjadi permaisuriku, kata Bandung Bondowoso. Keesokan harinya, Bondowoso mendekati Roro Jonggrang. Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?, Kata Bandung Bondowoso pada Roro Jonggrang. Roro Jonggrang tersentak mendengar pertanyaan Bondowoso Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya kata Roro Jongrang dalam hati. Apa yang harus aku lakukan ?. Roro Jonggrang menjadi kebingungan Pikirannya tak karuan. Bila dia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Untuk mengiyakannya pun tal mungkin, karena Roro Jonggrang memang tidak suka dengan Bandung Bondowoso. Bagaimana, Loro Jonggrang ? kata Roro Jonggrang mendapatkan ide Saya bersedia menjadi istri Tuan namun ada syaratnya. Apa syaratnya? Mau harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?. Bukan itu, tuanku, kata Roro Jonggrang Saya minta dibuatkan candi jumlahnya mesti 1000 buah. Seribu buah? teriak Bondowoso. Ya, dan candi itu mesti selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menatap si Roro Jonggrang bibirnya bergetar menahan amarah. Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi dalam semalam. Akhirnya dia bertanya kepada penasehatnya. Saya percaya tuanku dapat membuat candi dengan bantuan Jin, kata si penasehat. Ya, benar juga usulmu siapkan peralatan yang kubutuhkan! Sesudah perlengkapan di siapkan Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu. Kedua tanggannya dibentangkan lebar-lebar. Pasukan jin, Bantulah aku! teriaknya dengan suara keras. Tidak lama kemudian, langit menjadi gelap Angin menderu-deru. Sesaat kemudian, pasukan jin telah mengerumuni Bandung Bondowoso. Apa yang mesti kami lakukan Tuan ?, tanya si pemimpin jin. Bantu aku membangun 10 candi, pinta Bandung Bondowoso. Para jin langsung bergerak ke sana kemari melaksanakan tugasnya masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi telah tersusun hampir mencapai seribu buah. Sementara itu diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Dia cemas mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. Wah, bagaimana ini? ujar Loro Jonggrang dalam hati. Dia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul serta ditugaskan mengumpulkan Jerami. Cepat bakar semua jerami itu! perintah Roro dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung…dung…dung! Semburan warna merah memancar ke langit dann diiringi suara kokok ayaam, sampai mirip seperti fajar yang menyingsing. Pasukan jin mengira fajar sudah tiba. Wah, matahari akan terbit! Kata para jin. Kita mesti segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari, kata jin yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat tersebut. Bandung Bondowoso sampai heran melihat kepanikan pasukan jin. Ke esokan paginya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke tempat candi. Candi yang kau minta sudah berdiri!. Roro Jonggrang segera menghitung jumlah candi tersebut. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!. Jumlahnya kurang 1! kata Roro Jonggrang. Berarti tuan sudah gagal memenuhi syarat yang saya berikan. Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan tersebut. Dia menjadi sangat murka. Tidak mungkin, kata Bondowoso menatap tajam kepada Roro Jonggrang. Kalau begitu kau saja yang melengkapinya! katanya sambil mengarahkan jarinya kepada Loro Jonggrang. Ajaibnya Roro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini candi-candi itu masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan disebut Candi Roro Jonggrang. Mitos Candi Prambanan Candi prambanan terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan Klaten, Jawa Tengah. Pembangunan dimulai pada abad ke 9 masehi oleh kerajaan Rakai Pikatan, sebagai tandingan borobudur sekaligus tanda kejayaan wangsa Sanjaya. Candi Prambanan dibangun untuk memuja 3 dewa agama Hindu yang sangat dihormati yaitu Dewa Siwa, Wisnu dan Brahma. Tiap dewa diwakilkan oleh 3 bangunan candi. Tapi yang paling diutamakan Ialah Dewa Siwa yang lebih tinggi dan lebih besar dari 2 candi yang lain. Tinggi candi utama atau candi siwa 47 meter atau 5 meter lebih tinggi dari candi borobudur. Dibalik keindahannya dan keagungannya candi ini memiliki misteri dan mitos yang berkembang di masyarakat sekitar kompleks. Apa saja itu, langsung saja kita simak pemaparannya dibawah ini. Pembangunan Candi Prambanan Ini adalah misteri terbesar mengenai candi ini, masih banyak berita yang simpang siur mengenai kepastian sang pembuat bangunan ini. Menurut legenda masyarakat pembuatnya ialah seorang pangeran dari kerajaan Pengging yaitu Bandung Bondowoso. Beliau dikenal dengan kesaktiannya karena mampu membuat keajaiban yang sangat mustahil dilakukan orang normal. Candi Prambanan sendiri merupakan salah satu mahakaryanya, yang konon dibuat sehari semalam dengan bantuan makhluk gaib. Namun tidak ada satupun relief yang mendukung tentang legenda tersebut. Misteri Cahaya Misterius Arca Dewi Durga Arca dewi Durga terletak di salah satu ruangan di Candi Utama atau Candi Siwa. Dewi Durga adalah istri dari Dewa Siwa dalam kepercayaan Hindu. Yang paling aneh dalam arca ini adalah fenomena cahaya misterius yang muncul di wajah arca dewi Durga. Cahaya ini muncul tiap malam saat bulan purnama. Menurut masyarakat sekitar, cahaya ini merupakan perwujudan aura Roro Jonggrang. Tiap kali cahaya ini muncul para jomblowan dan jomblowati selalu berebut untuk mendapat pancaran cahaya ini. Menurut mereka cahaya dari arca dewi Durga dapat mempertemukan mereka dengan jodoh secara cepat. Mitos Putusnya Hubungan Kekasih Mitos ini dipengaruhi legenda percintaan yang kandas antara Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso yang dikenal sangat tulus ditolak mentah – mentah oleh Roro Jonggrang. Padahal si Bandung Bondowoso telah menyanggupi permintaan mustahil sang Roro untuk membuatkan Candi Prambanan dalam semalam. Tetapi Roro Jonggrang malah menghianati janjinya dengan berlaku curang sehingga menggagalkan usaha Bandung Bondowoso. Karena ketahuan ia pun mengutuk Roro Jonggrang menjadi patung dan jadilah pajangan arca dalam candi. Kutukan ini dipercaya ada di dalam candi, siapapun pasangan kekasih yang masuk dalam candi prambanan akan putus beberapa hari kemudian. Selain terkenal akan kisahnya, candi Prambanan juga kaya akan relief yang menggambarkan flora dan fauna indonesia. Seperti kakak tua jambul kuning, macan, kucing, anjing, monyet, burung, angsa, rusa, kelinci dan yang paling menyita perhatian adalah hewan kinara – kinari yang mengapit pohon kalpataru. Tidak diketahui secara pasti jenis atau spesies makhluk kinara – kinari. Hewan ini memiliki wujud burung namun dengan kepala manusia. Sangat tidak masuk akal, apakah jaman dulu sudah mengenal manipulasi genetik sehingga menghasilkan makhluk hibrid seperti ini. Mungkinkah ini merupakan karya alien atau hanyalah karya imajinasi terkait ajaran Hindu. Semua masih menjadi misteri. Entah bagaimana bisa jarak yang jauh bisa memiliki kemiripan satu sama lain. Angkor Wat merupakan candi Hindu terbesar di dunia yang berada di Kamboja. Jika dilihat sekilas dari kejauhan arsiteknya sangat mirip dengan candi Prambanan. Mungkinkah candi Prambanan terinspirasi dari Angkor Wat ataukah sebaliknya. Tapi faktanya Candi Prambanan lebih dulu dibangun dari pada angkor wat yang baru dibangun pada abad ke 12. Mungkin lalu lintas perdagangan masa lalu memiliki pengaruh dalam hubungan daerah – daerah di Asia Tenggara. Keunikan Candi Prambanan Kawasan Prambanan merupakan kawasan yang mempunyai kekayaan potensi budaya masa klasik terbesar di Indonesia. Potensi tersebut ditunjukkan dengan distribusi tinggalan candi yang cukup banyak yang mengindikasikan bahwa kawasan ini merupakan bentang budaya masa lalu Archaeological landscape dari masa Kerajaan Mataram Kuna abad IX – X Masehi. Komplek Candi Prambanan merupakan komplek candi Hindu terbesar di Indonesia yang menjadi simbol kejayaan Kerajaan Mataram Kuna. Candi ini diduga merupakan salah satu candi tingkat kerajaan pada masa lalu. Hal ini ditunjukkan dengan kemegahan, kompleksitas serta kelengkapan unsur bangunan yang menggambarkan kesatuan konsep Mandala dalam agama Hindu. Prasasti Siwagrha yang diduga berkaitan erat dengan candi ini memberikan gambaran secara rinci mengenai gugusan candi yang diresmikan pada tahun 778 Saka 856 Masehi oleh raja yang bernama Pikatan, sebagai tanda kemenangan dalam pertempuran melawan Balaputradewa yang berlangsung di Bukit Boko. Atas dasar isi prasasti tersebut, tampaknya Komplek Candi Prambanan dibangun sebagai simbol kebangkitan Kerajaan Mataram Kuna setelah pada masa sebelumnya mengalami keadaan yang tidak stabil, antara lain akibat peperangan dan bencana alam sehingga terjadi perpindahan ibukota kerajaan sebanyak tiga kali. demikianlah artikel dari mengenai Asal Usul Candi Prambanan Pengertian, Sejarah, Kompleks, Mitos, Beserta Keunikannya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanyaCandiPrambanan atau Candi Rara Jonggrang, monumen yang terletak di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta ialah kompleks kuil Hindu yang terbesar bukan sahaja di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara, dan merupakan candi Hindu terindah di Asia Tenggara.Ia terletak di pulau Jawa, lebih kurang 20 kilometer di timur Yogyakarta, 40 kilometer di barat Surakarta dan 120 kilometer
Candi Jawi Nama sebagaimana tercantum dalamSistem Registrasi Nasional Cagar Budaya Struktur candi yang bagian bawahnya dari batu hitam dan di bagian atasnya dari batu putih. Cagar budaya Indonesia Peringkat Nasional Kategori Situs No. Regnas Lokasikeberadaan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur No. SK SK Menteri No. 177/M/1998 Tanggal SK 21 Juli 1998 Pemilik Indonesia Pengelola Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur Koordinat 7°39′45″S 112°40′04″E / / Candi Jawi Lokasi candi Jawi di kabupaten Pasuruan Tampilkan peta Surabaya dan Malang Lokasi candi Jawi di kabupaten Pasuruan Tampilkan peta Provinsi Jawa Timur Candi Jawi nama asli Jajawa / ꦗꦗꦮ adalah candi yang dibangun sekitar abad ke-13 dan merupakan peninggalan bersejarah Hindu-Buddha Kerajaan Singhasari yang terletak di kaki Gunung Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, sekitar 3 kilometer dari pusat kota Pandaan.[1] Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan – Kecamatan Prigen dan Pringebukan. Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, tetapi sebenarnya merupakan tempat pendharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara. Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari. Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara. Latar belakang Dalam Negarakertagama pupuh 56 disebutkan bahwa Candi Jawi didirikan atas perintah raja terakhir Kerajaan Singasari, Kertanegara, untuk tempat beribadah bagi umat beragama Siwa-Buddha. Raja Kartanegara adalah seorang penganut ajaran sinkretisme Siwa-Buddha.[1] Alasan Kertanegara membangun candi Jawi jauh dari pusat kerajaan diduga karena di kawasan ini pengikut ajaran Siwa-Buddha sangat kuat. Rakyat di daerah itu sangat setia. Sekalipun Kertanegara dikenal sebagai raja yang masyhur, ia juga memiliki banyak musuh di dalam negeri. Kidung Panji Wijayakrama, misalnya, menyebutkan terjadinya pemberontakan Kelana Bayangkara. Negarakertagama mencatat adanya pemberontakan Cayaraja. Ada dugaan bahwa kawasan Candi Jawi dijadikan basis oleh pendukung Kertanegara. Dugaan ini timbul dari kisah sejarah bahwa saat Dyah Wijaya, menantu Kertanegara, melarikan diri setelah Kertanegera dikudeta raja bawahannya, Jayakatwang dari Gelang-gelang daerah Kediri, dia sempat bersembunyi di daerah ini, sebelum akhirnya mengungsi ke Madura. Struktur dan kegunaan bangunan Candi Jawi menempati lahan yang cukup luas, sekitar 40 x 60 meter persegi, dan terbuat dari batu andesit yang dikelilingi oleh pagar bata setinggi 2 meter. Bangunan candi dikelilingi oleh parit yang saat ini dihiasi oleh bunga teratai. Bentuk candi berkaki Siwa, berpundak Buddha. Ketinggian candi ini sekitar 24,5 meter dengan panjang 14,2 m dan lebar 9,5 m.[1] Bentuknya tinggi ramping seperti Candi Prambanan di Jawa Tengah dengan atap yang bentuknya merupakan paduan antara stupa dan kubus bersusun yang meruncing pada puncaknya. Pintunya menghadap ke timur. Posisi pintu ini oleh sebagian ahli dipakai alasan untuk mempertegas bahwa candi ini bukan tempat pemujaan atau pradaksina upacara penghormatan terhadap dewa, disebut Dewayadnya atau dewayajña, karena biasanya candi untuk peribadatan menghadap ke arah gunung, tempat yang dipercaya sebagai tempat persemayaman kepada Dewa. Candi Jawi justru membelakangi Gunung Penanggungan. Sementara ahli lain ada pula yang beranggapan bahwa candi ini tetaplah candi pemujaan, dan posisi pintu yang tidak menghadap ke gunung karena pengaruh dari ajaran Buddha. Arkeologi Keunikan Candi Jawi adalah adanya relief di dindingnya. Sayangnya, relief ini belum bisa dibaca. Bisa jadi karena pahatannya yang terlalu tipis, atau karena kurangnya informasi pendukung, seperti dari prasasti atau naskah. Negarakertagama yang secara jelas menceritakan candi ini tidak menyinggung sama sekali soal relief tersebut. Berbeda dengan relief di Candi Jago dan Candi Penataran yang masih jelas. Salah satu fragmen yang ada pada dinding candi, menggambarkan sendiri keberadaan candi Jawi tersebut beserta beberapa bangunan lain disekitar candi. Tampak Jelas pada fragmen tersebut pada sisi timur dari candi terdapat candi perwara sebanyak tiga buah, tetapi sayang sekali kondisi ketiga perwara tersebut saat ini bisa dibilang rata dengan tanah. demikan juga di fragmen tersebut terlihat jelas bahwa terdapat candi bentar yang merupakan pintu gerbang candi, terletak sebelah barat. Sisa-sisa bangunan tersebut memang masih ada, tetapi bentuknya lebih mirip onggokan batu bata, karena memang gerbang candi tersebut dibangun dari batu bata merah. Di samping relief yang terletak dibagian dinding candi, terdapat pula relief lain yang terletak di bagian dalam candi. Terletak tepat dibagian tengah candi yang merupakan bagian tertinggi dari bagian dalam candi, terdapat sebuah relief Dewa Surya yang terpahat jelas. Keunikan lain dari Candi Jawi adalah batu yang dipakai sebagai bahan bangunannya terdiri dari dua jenis. Bagian bawah terdiri dari batu hitam, sedangkan bagian atas batu putih. Sehingga timbul dugaan bahwa bisa jadi candi ini dibangun dalam dua periode yang berbeda teknik bangunan. Sejarah candi menurut Negarakertagama Nagarakertagama menyebut candi ini dengan nama Jajawa yang dikunjungi Raja Majapahit Prabu Hayam Wuruk sekitar tahun 1359 Masehi. Sang Raja singgah di candi ini untuk memberikan penghormatan dan persembahan untuk memuliakan kakek buyutnya Prabu Kertanegara.[2] Negarakertagama menyebutkan, di dalam bilik candi terdapat arca Siwa. Di atasnya arca Siwa terdapat arca Maha Aksobhya yang kini telah hilang. Ada sejumlah arca bersifat Siwa, seperti Nandiswara, Durga, Ganesa, Nandi, dan Brahma. Kakawin Negarakertagama menyebutkan bahwa pada saat candrasengkala atau pada tahun Api Memanah Hari 1253 Saka candi itu disambar petir. Saat itulah arca Maha Aksobaya raib. Dikisahkan Raja Majapahit Prabu Hayam Wuruk yang mengunjungi candi itu kemudian bersedih atas hilangnya arca tersebut. Walaupun telah ditemukan arca Maha Aksobaya yang kini disimpan di Taman Apsari, depan Kantor Persatuan Wartawan Indonesia PWI Jawa Timur, yang kemudian dikenal dengan Patung Joko Dolog, arca ini bukan berasal dari Candi Jawi. Ditulis bahwa setahun setelah Candi Jawi disambar petir, telah dilakukan pembangunan kembali. Pada masa inilah diperkirakan penggunaan batu putih. Namun, asal batu putih tersebut masih dipertanyakan, karena kawasan yang termasuk kaki Gunung Welirang kebanyakan berbatu hitam, dan batu putih hanya sering dijumpai di daerah pesisir utara Jawa atau Madura. Pemugaran dan usaha konservasi Candi Jawi dipugar untuk kedua kalinya tahun 1938-1941 dalam masa pemerintahan Hindia Belanda karena kondisinya sudah runtuh. Akan tetapi, renovasinya tidak sampai tuntas karena sebagian batunya hilang. Kemudian diperbaiki kembali tahun 1975-1980, dan diresmikan tahun 1982. Kini biaya pemeliharaan didapatkan dari sumbangan sukarela dari pengunjung maupun LSM lainnya. Bentuk bangunan Candi Jawi memang utuh, tetapi isinya berkurang. Arca Durga kini disimpan di Museum Empu Tantular, Surabaya. Lainnya disimpan di Museum Trowulan untuk pengamanan. Sedangkan yang lainnya lagi, seperti arca Brahmana, tidak ditemukan. Mungkin saja sudah berkeping-keping. Di gudang belakang candi memang terdapat potongan-potongan patung. Selain itu, terdapat pagar bata merah seperti yang banyak dijumpai di bangunan pada masa Kerajaan Majapahit, seperti Candi Tikus di Trowulan dan Candi Bajangratu di Mojokerto. Pemindahan peninggalan bersejarah Arca-arca peninggalan yang ditemukan di Candi Jawi telah dipindahkan, sebagian besar ke Museum, dan sebagian ke tempat komersial. Pemindahan arca-arca dari Candi Jawi ataupun candi lainnya ini mendapat banyak kritik dari sejarawan dan masyarakat setempat, karena walaupun pada satu sisi memang tepat untuk menghindarkan dari pencurian, pemindahan ini dianggap dapat mengurangi substansi sejarah peninggalan tersebut sehingga menjadi tidak lengkap untuk diapresiasi. Arca-arca yang dipindah dari lingkungan aslinya menjadi kehilangan nilai historisnya. Arca candi Jawi yang disimpan di Hotel Tugu Park, Malang, sebagai contoh, memang terawat baik, tetapi dianggap tercabut dari nilai historis dan ritualitasnya serta menjadi suatu hal yang cenderung dilematis. Galeri foto Referensi ^ a b c “Candi Jawi”. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-03. Diakses tanggal 21 Februari 2013. ^ “Shiwa – Buddha”. East Memory of Majapahit. Diakses tanggal 21 Februari 2013. Pranala luar Indonesia Situs web tentang candi dan wisata lain di Malang Diarsipkan 2009-04-30 di Wayback Machine. Wikimedia Commons memiliki media mengenai Candi Jawi .
Sampaisaat ini belum dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa, namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu.
- Salah satu bukti kejayaan kerajaan Hindu di tanah Jawa dibuktikan dengan dibangunnya Candi Prambanan pada abad ke-8 Masehi. Candi Hindu terbesar di Indonesia ini telah dinobatkan menjadi situs warisan dunia oleh UNESCO sejak 1991. Candi ini terletak di Taman Wisata Prambanan, kurang lebih 17 km ke arah timur dari kota Yogyakarta. Lokasi persisnya di Desa Prambanan, Kecamatan Bokoharjo, Sleman. Di masa lalu, kawasan itu termasuk dalam wilayah Bhumi Mataram, sebutan lama wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Kawasan wisata sejarah ini terbagi menjadi dua wilayah Sleman di sebelah barat dan Klaten di sebelah timur Sejarah Candi PrambananCandi Prambanan dibangun pada pemerintahan Kerajaan Medang Mataram Mataram Kuno. Berdasarkan candrasengkala, rumusan tahun pada prasasti Siwagrha, candi ini diperkirakan dibangun pada 778 Saka 856 Masehi. Dalam buku Prasasti Indonesia II Selected Inscriptions from the 7th to the 9th Century 1956, Candi Prambanan dibangun sebagai peringatan atas kemenangan perang Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala, raja Medang Mataram melawan Pu Kumbhayoni. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala yang diserahi tahta uparata oleh Jatiningrat - diduga sebagai Rakai Pikatan Dyah Saladu-merasa perlu membangun monumen sebagai tanda kemenangan kerajaannya. Sementara itu, Kusen dalam Raja-raja Mataram Kuna dari Sanjaya sampai Balitung, Sebuah Rekonstruksi berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III 1994 menyebutkan bahwa bahwa kata uparata tersebut diartikan sebagai "meninggal dunia". Pernyataan ini sesuai dengan isi dari prasasti Wanua Tengah III, yang menyatakan bahwa Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala naik tahta pada tanggal 27 Mei 855 M. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala diyakini memimpin Medang Mataram sejak 855 hingga 885 M. Menurut sumber di atas, Candi Prambanan dibangun untuk memeringati keprabuan raja sebelumnya, sebagai darma bagi ayah Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala yakni Rakai Pikatan Dyah Saladu. Prasasti Siwargrha juga diresmikan oleh Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. Kompleks Candi Prambanan awalnya dikelilingi oleh arus sungai Opak yang berkelok ke timur, berdempet dengan konstruksi candi. Khawatir dengan erosi yang dapat merusak bangunan candi, raja Dyah Lokapala bermaksud mengubah arah aliran sungai tersebut. Akhirnya, dibuatlah sodetan untuk mengalihkan sungai Opak ke arah poros utara-selatan. Bekas arus sungai yang asli ditimbun sebagai pengembangan deretan Candi Perwara. Pemugaran Setelah Lama TerbengakalaiKetika kerajaan Medang dipimpin oleh Mpu Sendok, ibukota Medang pindah ke salah satu wilayah di Jawa Timur sekitar 930-an Masehi. Penyebab kepindahannya belum pasti. Namun van Bemmelen dalam The Geology of Indonesia 1949 menyatakan bahwa kepindahan tersebut diyakini karena letusan Gunung Merapi. Dampak letusan yang melumat sebagian besar wilayah Jawa Tengah membuat konstruksi Candi Prambanan tidak utuh lagi. Hingga abad ke-16, kompleks candi tetap terbengkalai, hanya menyisakan reruntuhan bekas gempa. Baru kemudian pada 1733, candi ini ditemukan oleh CA Lons yang kala itu bertugas sebagai pegawai Vereenigde Oostindische Compagnie VOC. Namun, peninggalan sejarah tersebut tak langsung diperhatikan oleh pemerintahan Hindia-Belanda. Beberapa pejabat kolonial dari Eropa juga berusaha menelusuri reruntuhan candi ini, seperti Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas Stamford Raffles berkebangsaan Inggris. Lagi-lagi tak ada keseriusan untuk dipugar kembali. Ijzerman menjadi yang pertama menekuni penelusuran dan mengupayakan rekonstruksi Candi Prambanan. Dimulai pada 1885, ia mendirikan Archaelogische Vereeniging Van Jogja yang bertugas membersihkan kompleks Candi Prambanan. Laman Perpustakaan Nasional menuliskan bahwa pada 1902, upaya untuk memugar Candi Prambanan dilanjutkan oleh Theodoor van Erp. Pemugaran dilakukan dengan mengategorikan batu-batu reruntuhan, yang diupayakan untuk disusun kembali di bangunan candi. Pemugaran candi dilanjutkan lagi pada 1918 oleh Dinas Purbakala pemerintahan Hindia-Belanda yang dipimpin oleh Perquin. Pada masa ini, Candi Siwa yang masih dalam kawasan Candi Prambanan, dapat direkonstruksi kembali. Usai berpindah kekuasaan, tugas Perquin digantikan oleh De Haan. Pada 1926, De Haan lantas membentuk panitia baru untuk melanjutkan penyempurnaan Candi Siwa. Selain itu, persiapan pembangunan Candi Apit di kawasan Candi Prambanan juga dilakukan. Akan tetapi, naas menimpa De Haan. Ia meninggal dalam masa tugasnya pada 1931. Setahun kemudian, van Romondt menggantikannya. Candi Apit berhasil dirampungkan. Memasuki masa pendudukan Jepang, pemugaran candi dilakukan dibawah pimpinan Samingun dan Suwarno. Meskipun sempat terhenti empat tahun 1946-1950 karena revolusi fisik, pembangunan candi berhasil diselesaikan. Pada 1953 Candi Prambanan diresmikan oleh Soekarno. - Sosial Budaya Kontributor Abdul HadiPenulis Abdul HadiEditor Agung DH
SejarahCandi Prambanan merupakan candi peninggalan pada zaman Hindu yang terbesar di Indonesia. Sampai saat ini masih belum dapat dipastikan kapan candi ini dibangun, namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan pada isi Prasasti Syiwagrha yang ditemukan di sekitar daerah Prambanan dan
- Rakai Pikatan adalah raja keenam Kerajaan Mataram Kuno yang berkuasa antara 840-856 M. Masa pemerintahannya menandai bersatunya Dinasti Sanjaya Hindu dan Dinasti Syailendra Buddha, yang sebelumnya saling bersaing. Selain itu, Rakai Pikatan dikenal sebagai raja yang mengawali pembangunan Candi asal-usul Rakai Pikatan Nama Rakai Pikatan terdapat pada Prasasti Mantyasih yang memuat daftar para raja Mataram Kuno. Menurut Prasasti Argapura, nama aslinya adalah Mpu Manuku. Sejarawan De Casparis meyakini bahwa Rakai Pikatan adalah putra dari Mpu Palar, keturunan Dinasti Sanjaya dan beragama Hindu Siwa. Akan tetapi, pendapat ini ditolak oleh Slamet Muljana, karena berdasarkan Prasasti Gondosuli, Mpu Palar adalah seorang pendatang dari Sumatera dan semua anaknya dari perdebatan asal-usulnya, Rakai Pikatan diketahui menikah dengan Pramodawardhani, putri Raja Samaratungga yang berasal dari Dinasti Syailendra dan beragama Buddha Mahayana. Baca juga Kerajaan Mataram Kuno Letak, Masa Kejayaan, dan Peninggalan Pernikahan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani Sebelum turun takhta, Raja Samaratungga menikahkan putri mahkota Pramodawardhani dengan Rakai Pikatan. Pernikahan keduanya adalah momen bersatunya dua wangsa besar yang berbeda keyakinan. Tujuan Raja Samaratungga menikahkan Pramodawardhani dan Rakai Pikatan adalah untuk menyatukan dua wangsa.
. 167 37 221 140 445 192 202 61